Jan 2, 2011
Apa tolak ukur kesombongan seseorang hanya bisa diukur dari rutinitas
menyapa banyak orang?? bagaimana dgn seorang pejabat mapan yg sangat
ramah dgn orang di sekelilingnya tapi tidak pernah membayar zakat? atau seorang wanita yg supel dgn orang di lingkungannya, tapi sering pamer harta dan amal di FB, apa mereka layak disebut "Tidak sombong"?? ck..ck..ck...ironisnya dunia..
(kiamatkiandekat.com)
Nov 3, 2009
Kau menunggu, di sini
Masih dalam diam dan kebersahajaan yang khidmat
Di sini tak satu batang pohonpun yang mau cerita
tak satu helai daunpun ingin bersuara
semua hewan enggan turut campur
bahkan hembusan angin sekadar lewat memainkan anak rambutmu
Kau tetap menunggu
tanpa keluhan, tanpa banyak cerita
Usiamu merambat..terus dalam jarak yang berbatas
Lalu diamlah semestamu
Begitu hening menanti takdir selanjutnya
begitu hening..seakan abadi...
seakan abadi...
Tahukah kau?
Cerita ini sudah kuduga sejak dulu
Sejak pesan terbaca dalam mata
bahwa percakapan kita menuju perpisahan
Karena itulah aku untai bunga-bunga
untuk waktumu yang tersisa, waktuku juga, waktu kita..
Seperti gelombang pasang
aku sakit menghantam gugusan karang yang pernah kita tegakkan dengan pasti
Tahukah kau?
Cerita ini sudah kurapikan sejak dulu
Sejak kapal akan berangkat
dan kita harus kembali dalam sendiri
Aku ingin kau tahu
Tak akan ada sesal
sebab bagiku tak ada yang sia-sia
Maafkan keputusanku, pergi dari kota gelisah
menyeret sisa-sisa pertemuan kita
barangkali ada yang berharga untuk dijadikan tiang-tiang kesaksian
bahwa kita pernah bersama
Langitku telah cukup lama murung
ingin sekali menumpahkan kekesalannya lewat hujan yg dahsyat
Namun aku pergi bukan karena itu
bukan juga karenamu
Aku ingin membangun kota damai dari bongkahan perasaanku yang paling akhir
Bukan dari lempengan baja atau kayu yang panas terbakar
Disana akan kusapa kenangan kita dengan tangan penuh embun
Akan kupelihara kenangan tentangmu dengan senyum
Lantas suatu saat nanti bila keberanian telah terkumpul
mungkin akan kukirim surat kepadamu,
maafkan aku...
Nov 12, 2008
Ada kolam kecil hijau sempurna tertutup eceng gondok
Dengan bangku-bangku basah sisa hujan semalam
Mengingatkan aku pada seorang pelaut,sebuah perahu
Dengan dayung sederhana dan keinginan sederhana
Aku rindu waktu itu
Bercanda biasa
Memandang sungai serta perahu
Juga awan yang kelak menjelma hujan..Ingatkah kau?
Kepada Belahan Jiwa, Mengingatmu pada suatu pagi November 05
Oct 22, 2008
Ini ada ajakan dari seorang temenku, Mbak Tia Akterina
Organisasi, LSM maupun pribadi UNTUK MENGIRIMKAN SURAT DUKUNGAN terhadap RUU PORNOGRAFI melalui Fax Pansus RUU PORNOGRAFI d.a DPR-RI Senayan Jakarta = 021-57115512, Fax PKS 021-5756471, Fax Golkar 021-5735304, Fax Demokrat 021-5755134, Fax PKB 021-5755624 atau sms: 081380123450 Ketik : RUU
Oct 21, 2008
Hujan II
Tiga tahun yang lalu, persis di sini
Bahwa kau pernah mengusir semut dari kerudungku
Sebentar lagi orang-orang datang
Mungkin akan mengulang kembali peristiwa hujan
Mungkin juga mendengarkan nyanyian burung-burung
dalam hati, kelu..
Akankah mereka tahu
Bahwa pernah ada sepasang kupu-kupu sekarat
Di bawah tangkai mawar yang telah lama mati,
Di bawah semburat samar pelangi sehabis hujan senja itu.
Dear Superman
Mungkin memang aku tidak cukup penting dibanding takdir yang kau jalani .
Aku jelas tak sebanding dengan seluruh dunia yang harus kau urusi.
Tapi tolong lihat aku. aku membutuhkan pertolonganmu, bukankah aku juga bagian dari dunia . Aku kelelahan. Tolong lihat aku juga. Sebentar saja. Sedikit saja dari waktumu.
Aku ingin sesekali waktu mu menjadi waktu kita, bisakah ?...
Karena aku tak bisa menyelesaikan segalanya sendirian