Di sini
Kau menunggu, di sini
Masih dalam diam dan kebersahajaan yang khidmat
Di sini tak satu batang pohonpun yang mau cerita
tak satu helai daunpun ingin bersuara
semua hewan enggan turut campur
bahkan hembusan angin sekadar lewat memainkan anak rambutmu
Kau tetap menunggu
tanpa keluhan, tanpa banyak cerita
Usiamu merambat..terus dalam jarak yang berbatas
Lalu diamlah semestamu
Begitu hening menanti takdir selanjutnya
begitu hening..seakan abadi...
seakan abadi...
Nov 3, 2009
Cerita Kecil dari Sudut Hati
Tahukah kau?
Cerita ini sudah kuduga sejak dulu
Sejak pesan terbaca dalam mata
bahwa percakapan kita menuju perpisahan
Karena itulah aku untai bunga-bunga
untuk waktumu yang tersisa, waktuku juga, waktu kita..
Seperti gelombang pasang
aku sakit menghantam gugusan karang yang pernah kita tegakkan dengan pasti
Tahukah kau?
Cerita ini sudah kurapikan sejak dulu
Sejak kapal akan berangkat
dan kita harus kembali dalam sendiri
Aku ingin kau tahu
Tak akan ada sesal
sebab bagiku tak ada yang sia-sia
Tahukah kau?
Cerita ini sudah kuduga sejak dulu
Sejak pesan terbaca dalam mata
bahwa percakapan kita menuju perpisahan
Karena itulah aku untai bunga-bunga
untuk waktumu yang tersisa, waktuku juga, waktu kita..
Seperti gelombang pasang
aku sakit menghantam gugusan karang yang pernah kita tegakkan dengan pasti
Tahukah kau?
Cerita ini sudah kurapikan sejak dulu
Sejak kapal akan berangkat
dan kita harus kembali dalam sendiri
Aku ingin kau tahu
Tak akan ada sesal
sebab bagiku tak ada yang sia-sia
Biru, suatu ketika dimasa lalu
Maafkan keputusanku, pergi dari kota gelisah
menyeret sisa-sisa pertemuan kita
barangkali ada yang berharga untuk dijadikan tiang-tiang kesaksian
bahwa kita pernah bersama
Langitku telah cukup lama murung
ingin sekali menumpahkan kekesalannya lewat hujan yg dahsyat
Namun aku pergi bukan karena itu
bukan juga karenamu
Aku ingin membangun kota damai dari bongkahan perasaanku yang paling akhir
Bukan dari lempengan baja atau kayu yang panas terbakar
Disana akan kusapa kenangan kita dengan tangan penuh embun
Akan kupelihara kenangan tentangmu dengan senyum
Lantas suatu saat nanti bila keberanian telah terkumpul
mungkin akan kukirim surat kepadamu,
maafkan aku...
Maafkan keputusanku, pergi dari kota gelisah
menyeret sisa-sisa pertemuan kita
barangkali ada yang berharga untuk dijadikan tiang-tiang kesaksian
bahwa kita pernah bersama
Langitku telah cukup lama murung
ingin sekali menumpahkan kekesalannya lewat hujan yg dahsyat
Namun aku pergi bukan karena itu
bukan juga karenamu
Aku ingin membangun kota damai dari bongkahan perasaanku yang paling akhir
Bukan dari lempengan baja atau kayu yang panas terbakar
Disana akan kusapa kenangan kita dengan tangan penuh embun
Akan kupelihara kenangan tentangmu dengan senyum
Lantas suatu saat nanti bila keberanian telah terkumpul
mungkin akan kukirim surat kepadamu,
maafkan aku...
Subscribe to:
Posts (Atom)